PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
Meningkatkan kompetensi aparatur birokrasi
Melalui
pendidikan di universitas terbuka (UT)
Disampaikan pada Upacara Penyerahan Ijazah
di Kupang Tanggal 2-4 September 2013
Oleh:
Liestyodono BI (FISIP-UT)
liestyodono@ut.ac.id
Ringkasan
Kemampuan aparatur birokrasi dalam memberikan pelayanan
dan menyejahterakan
masyarakat merupakan salah satu ukuran keberhasilan dalam
menjalankan roda pemerintahan daerah. Pada kenyataannya kinerja aparatur birokrasi belum seperti yang diharapkan, dalam menjalankan tugas
dan fungsinya sebagai pemberi layanan masyarakat belum optimal. Peningkatan
kompetensi aparatur birokrasi sebagai upaya meningkatkan kinerja aparatur
merupakan faktor penentu keberhasilan
pelaksanaan kegiatan pemerintahan daerah. Kinerja aparatur birokrasi yang berorientasi pada kualitas unggul mensyaratkan
peningkatan pendidikan, keahlian dan keterampilan sesuai dengan perkembangan
yang dihadapi. Kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh aparatur birokrasi adalah mampu menganalisis masalah-masalah yang
berkembang di masyarakat, dan mampu memecahkannya dalam praktek penyelengaraan
pemerintahan daerah.
UT sebagai perguruan tinggi menerapkan sistem belajar jarak jauh dan terbuka. Istilah jarak
jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan
menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video,
komputer/internet, siaran radio dan televisi). Makna terbuka adalah tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa
belajar, waktu registrasi, dan frekuensi mengikuti ujian. Tugas pokok dan fungsi aparatur birokrasi yang bekerja di tingkat
kabupaten dan kota sejalan dengan salah satu tujuan pembelajaran di UT yaitu memberikan layanan pendidikan tinggi bagi
mereka, yang karena bekerja atau karena alasan lain, tidak dapat melanjutkan
pendidikannya di perguruan tinggi tatap muka. UT
memberikan kesempatan yang sangat luas kepada semua lapisan masyarakat termasuk
para lulusan setingkat SMU atau yang sederajat, mereka yang berhenti mengikuti
pendidikan di tengah jalan, baik pada jenjang Diploma maupun Strata atau mereka
yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke pendidikan maupun ke strata yang
lebih tinggi secara tatap muka, tanpa batasan usia, tempat tinggal, serta tahun
kelulusan.
PENDAHULUAN
Masalah
yang dihadapi pemerintah saat ini adalah
keterbatasan aparatur pemda yang berkualitas, ini menjadi suatu fenomena yang
sekaligus menjadi masalah utama yang dihadapi dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah di Indonesia. Pemda sebagai ujung tombak pembangunan
nasional, dituntut adanya perubahan visi, misi, strategi, yang disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat. Pemda semakin dituntut kesiapannya dalam
merumuskan peraturan daerah, merencanakan pembangunan daerah yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi, serta memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Di sisi lain dituntut pula menciptakan
kondisi yang kondusif bagi tumbuh berkembangnya kreativitas dan inovasi masyarakat
dalam mengelola dan menggali potensi yang ada, sehingga dapat menghadirkan
nilai tambah ekonomis bagi masyarakatnya. Pada kenyataannya kinerja
aparatur pemda belum seperti yang
diharapkan. Belum optimalnya kinerja aparatur pemda dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, ditunjukkan masih
banyaknya keluhan-keluhan yang disampaikan masyarakat atas pelayanan yang diberikan pemda selama ini.
Aparatur birokrasi dalam kedudukan
selaku pelayan publik, maka dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah ditujukan untuk memberikan pelayanan
terhadap masyarakat. Dengan demikian untuk mencapai tujuan pemerintahan daerah harus dibarengi
dengan peningkatan kinerja pelayanan publik. Dalam konteks otonomi daerah,
konsep pengukuran kinerja merupakan salah satu tolok ukur kemampuan
aparatur pemerintah daerah (Pemda) dalam
melaksanakan kewenangannya.
Salah satu ukuran
keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah semakin mampunya pemda dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat dan membawa kondisi masyarakat ke arah
kehidupan yang lebih baik. Namun demikian, realitas yang terjadi pada era
otonomi dan desentralisasi yang muatannya sarat akan nilai-nilai demokrasi dan
transparansi ini cenderung sering menghadirkan permasalahan yang kompleks di
daerah. Dimana pada era tersebut, proses politik berjalan seperti lebih cepat
dari pada kemampuan untuk mengelola manajemen pemerintahan daerah yang otonom.
Dengan demikian
dapatlah dipersepsikan kedalam beberapa hal yang sangat esensial, bahwa
pemerintah daerah sudah seharusnya menganut paradigma berorientasi pada
kepentingan masyarakat (customer driven) dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat luas, mempersiapkan seluruh perangkat
untuk memenuhi paradigma tersebut secara sistemik ( sejak masukan-proses-keluaran-hasil/dampaknya),
sehingga terwujud pelayanan publik yang berkualitas (yang sedapat mungkin berwujud, handal, tanggap, aman dan penuh empati dalam pelaksanaannya). Untuk itu
diperlukan aturan main yang tegas, lugas dan adaptif terhadap tuntutan
perkembangan lingkungan, yang cirinya selalu berubah dengan cepat dan kadang
penuh dengan ketidak pastian. Disinilah terletak’seni dan ilmu pelayanan’ yang
harus dikembangkan pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat, harus ada
integrasi antara seluruh stakeholders pembangunan.
(Ibrahim,2006:18).
Untuk mengatasi
masalah tersebut menuntut kinerja aparatur birokrasi yang kompetetif dengan kualitas unggul. Kinerja aparatur birokrasi yang
berorientasi pada kualitas unggul mensyaratkan peningkatan pendidikan serta
keahlian sesuai dengan perkembangan yang dihadapi. Seseorang akan mampu
melakukan suatu tindakan apabila memang ada kekuasaan untuk mengerahkan dan
menggerakkan dayanya. Kemampuan seseorang menurut Mc Clelland (dalam
Gibson,1996:208) merupakan suatu keperluan yang dipelajari dari budaya
masyarakat dan diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya Thoha (
1988:316) mengemukakan bahwa kemampuan merupakan salah satu unsur dalam
kematangan berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari
pendidikan, latihan dan pengalaman.
APA ITU KOMPETENSI
APARATUR BIROKRASI?
Kemampuan
aparatur birokrasi merupakan pilar
penyangga bangunan birokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Untuk itulah
maka diperlukan adanya langkah-langkah dalam upaya pengembangan orientasi
perolehan atau kualifikasi yang berhubungan dengan kompetensi-kompetensi yang
dibutuhkan, agar aparatur birokrasi dapat berperan secara optimal dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Birokrasi sendiri diartikan sebagai sebagai
pekerjaan menjalankan pemerintahan oleh orang-orang yang memerintah secara
profesional, inilah esensi dari birokrasi (Albrow,2005:9).
Mulyasa
(2003:38), mengadopsi pendapat McAhsan mengemukakan bahwa kompetensi: “…is a knowledge, skills, and abilities or
capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to
the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive,
affective, and psychomotor behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan
sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang
yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan
perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Lebih luas dari
pendapat diatas, Sofo (1999:123) mengemukakan “A competency is composed of skill,
knowledge, and attitude, but in particular the consistent applications of those
skill, knowledge, and attitude to the standard of performance required in
employment”. Dengan kata lain
kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun
yang penting adalah penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan tersebut dalam pekerjaan.
Dari berbagai
disiplin ilmu maupun dari para peneliti memberikan definisi mengenai kompetensi
dengan ungkapan bahasa yang berbeda-beda, namun makna yang terkandung dalam
ungkapan itu pada hakekatnya sama. Kompetensi merupakan karakteristik pribadi
seseorang yang menyangkut fungsi, peran, tugas, keterampilan, kemampuan atau
sifat-sifat pribadi seseorang, yang mendasari seseorang untuk mampu menunjukkan
suatu prestasi kerja yang baik dalam bidang pekerjaan, peran dan situasi
tertentu.
Pembinaan sumberdaya
aparatur birokrasi merupakan bagian integral dari kepentingan untuk
meningkatkan kualifikasi aparatur birokrasi sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Siagian (1994:179) telah menegaskan pentingnya pembinaan kualitas sumber daya
aparatur birokrasi yang dianggap memegang posisi sentral dalam organisasi
birokrasi. Pembinaan sumberdaya aparatur birokrasi mencakup faktor-faktor
kualifikasi, keterampilan, jumlah, kemampuan pelaksanaan tugas dan masa kerja. Sejalan
dengan hal tersebut diatas, Robbins (2001:45-49) menyatakan bahwa kapasitas
individu dalam menjalankan tugas pekerjaannya didasarkan pada kemampuan
intelektual dan kemampuan phisik (intelectual
and physical abilities).
Dalam hubungannya
dengan hal tersebut, perlu digarisbawahi pentingnya perolehan atau kualifikasi
sumberdaya aparatur birokrasi yang menyangkut faktor profesionalisme,
ekspertasi, spesialisasi dan kapabilitas dalam pemilihan alternatif dan
penanganan informasi kebijakan. Selanjutnya juga ditawarkan konsep yang disebut
sebagai konsep alternatif teknokrasi. Konsep ini merujuk kepada acuan-acuan
orientasi profesional dan keahlian. Secara lebih rinci diungkapkan hal-hal yang
mengacu kepada perlunya kehadiran analis-analis birokrasi yang mampu membantu
menyiapkan pengolahan informasi kebijakan. Serta ditambahkan pula bahwa
birokrasi yang profesional, ahli dan spesialis, performansinya selalu ditandai
oleh adanya kemampuan-kemampuan di bidang analisa tinjauan ulang, analisa
dampak silang dan penerjemahan nilai-nilai.
Pandangan Harmon
dan Mayer (1986:207), membahas perlunya kapasitas sumber daya manusia
(aparatur) untuk menopang proses manajemen pemerintahan yang demokratik dan
secara politis dinilai akuntabel yang melengkapi perolehan-perolehan teknis
yang harus dipunyai oleh para pengemban amanat tanggungjawab publik. Adapun
perolehan-perolehan harapan (achievements)
pertama-tama adalah kemampuan pencitraan hal-hal yang bersifat mentalistik (mental construct/image) yang perlu
dioperasionalkan dalam wujud tampilan moralis yang kompleks yang dapat memandu
tindakan pejabat yang berupa tanggungjawab publik (public responsibility). Konsep anjuran itulah yang kemudian disebut
sebagai kepedulian intra organisasional (intra
organizational concern) yang dipasang dalam kolom normatif yang nantinya
dapat memandu tindakan responsif aparat. Konsep tersebut sangat bertalian
dengan isu etika profesional (professional
ethic) yang digunakan memandu tindakan yang korek bagi penunaian dharma
pemerintahan oleh para birokrat yang selanjutnya disebut sebagai kode etika
profesi bagi suatu entitas kelembagaan birokrasi publik modern
Hasil temuan
analisis diagnostik Departemen Dalam Negeri (2002), menemukan adanya gejala
yang berkaitan dengan penanganan masalah moral, perilaku dan profesionalisme
aparatur birokrasi, sebagai berikut:
1)
Sumber daya aparatur pemerintahan daerah yang terdiri
dari korps pamong praja daerah dalam kenyataan belum mempunyai kedewasaan
sosial politik.
2)
Sumber daya aparatur pemerintahan daerah belum mempunyai
pengalaman memadai dan kurang profesional dan jauh dari memuaskan untuk
menangani isu-isu otonomi daerah.
3)
Aparatur pemerintahan daerah belum dapat memposisikan
dirinya non-partisan dan cenderung dikooptasi oleh kekuatan politik tertentu.
MENGAPA KOMPETENSI PERLU DITINGKATKAN?
Menurut Spencer dan Spencer (1993:
9-11), kompetensi dibentuk oleh lima hal, yaitu motif (motive), watak (traits), konsep
diri (self concept), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skill). Motif dan watak merupakan
kompetensi inti atau kompetensi sentral, sedang pengetahuan dan keterampilan
disebut sebagai kompetensi individu yang bersifat “intent” yang mendorong
untuk digunakannya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Berbeda dengan
konsepsi Spencer, Robbins (1998:45-49) mengungkapkan bahwa kompetensi seseorang
erat berkaitan dengan kecerdasan yang dimilikinya. Oleh karena itu, kompetensi
seseorang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kompetensi
pribadi dan kompetensi sosial. Kompetensi pribadi meliputi kesadaran diri,
pengaturan diri, dan motivasi. Sedang kompetensi sosial meliputi empati dan
keterampilan sosial. Pada intinya Robins menyatakan bahwa kapasitas individu
dalam menjalankan tugas pekerjaannya didasarkan pada kemampuan intelektual dan
kemampuan phisik (intelectual and
physical abilities).
Perhatian
terhadap unsur manusia (human nature)
selanjutnya telah melahirkan kepentingan untuk melakukan secara sistematis desain
sistem sumber daya manusia atau human system
design agar dengan demikian birokrasi publik semakin berfungsi dan
berperilaku layak dalam hal memenuhi harapan dan aspirasi publiknya. Dalam
hubungannya dengan ini Pucik (1993:109) telah memberikan perhatiannya tentang
pentingnya pengembangan bakat-bakat kecakapan, kapabilitas, perangai,
mentalitas dan penyelarasan tingkah laku (human
talents,skill ability, traits, mentality and behavioral adjustment) untuk
mengimbangi penataan pajangan struktur dan fungsi yang elegan yang telah
dikemukakan. Untuk itu diperkenalkan konsep yang disebut sebagai isu lunak manusia
(soft people issue) melalui
upaya-upaya proaksi, koopsi dan adaptasi.
Sedangkan
Suradinata (1997:17) menggarisbawahi perlunya pembinaan dimensi afektif
disamping kognitif dan psikomotorik yang berupa keterampilan dan pengalaman.
Kesatuan keperibadian yang utuh dari perilaku kebijakan perlu dibina agar
terdapat keseimbangan antara kepakaran, keterampilan, pengalaman dan sikap
mental. Pembinaan sumber daya aparatur birokrasi perlu secara sinergis memadukan
aspek-aspek mental spiritual, sikap tata pikir, profesionalitas, rasionalitas,
dan ketrampilan dalam rangka pengembangan jiwa patriot.
Lebih lanjut
dalam pembahasan Staw (1989:235) sifatnya melengkapi bahasan tersebut datas
yang intinya mengetengahkan perlunya penyertaan unsur-unsur kreativitas,
terutama dalam hubungannya dengan penunaian dharma bakti tugas-tugas luhur yang
dikembangkan dari potensi bakat-bakat intrinsik individu yang melengkapi
jalur-jalur kognisi pribadi yang disebut dengan istilah teknis sebagai keahlian
kreatif relevan (creative relevant skill).
Pendekatan psikologi humanistik ini telah berhasil menyoroti alternatif
perilaku personalitas. Semakin spesifik dan mendalam Gartson (1983:22),
mengamanatkan bahwa intervensi bina sumber daya insani dimasa mendatang kiranya
dapat menyentuh secara mendalam dimensi-dimensi sikap, perilaku, etos kerja dan
derajat pengabdian yang disebut sebagai kewajiban afirmatif yang perlu ditata
secara proaktif.
Lebih jauh dari
pembahasan diatas adalah yang dikemukakan oleh Burn (1994:17), telah
menggarisbawahi pentingnya daerah jejaring kerja lembaga-lembaga publik lokal
dengan memajang konsep-konsep unggulan dimaksud (network of local agency in public affairs). Akuisisi mentalitas
pegawai/pejabat dengan standar-standar perilaku yang mampu membawa kapabilitas
birokrasi tidak hanya bersifat proaktif, kooptif dan adaptif semata-mata, akan
tetapi bahkan diharapkan lebih jauh mereka mampu bertindak reaktif dan
responsif, sehingga organisasi publik mampu menjadi pemegang peran
penyelenggara negara yang penting dengan pilihan cara dalam menanggapi dinamika
proses politik yang dinamik dan berkembang.
Dengan pembahasan
tersebut diatas, peningkatan kompetensi aparatur pemda sebagai upaya
meningkatkan kualitas manajemen publik telah dianggap sebagai faktor penentu
bagi keberhasilan pelaksanaan kegiatan pemerintahan daerah. Upaya dimaksud
dapat dilaksanakan dengan cara seleksi dimensi-dimensi yang relevan dan
substansi faktor normatif, dengan memperhatikan konsep-konsep sebagai berikut:
penggunaan otoritas yang menguntungkan kepentingan publik yang tulus, terbuka,
disiplin, etis dan berkarakter moral; pemikiran modern, profesional, dan
performa serta budaya kerja unggulan.
APA
PERAN UT DALAM MENINGKATKAN
KOMPETENSI?
UT adalah Perguruan
Tinggi Negeri ke-45 di Indonesia yang merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi
yang menggunakan Sistem Belajar Jarak Jauh dan Terbuka. Sistem
belajar jarak jauh dan terbuka telah terbukti efektif untuk meningkatkan daya
jangkau dan pemerataan kualitas pendidikan baik di mancanegara maupun di
Indonesia. UT memberikan kesempatan yang
sangat luas kepada semua lapisan masyarakat termasuk para lulusan setingkat SMU
atau yang sederajat, mereka yang berhenti mengikuti pendidikan di tengah jalan,
baik pada jenjang Diploma maupun Strata atau mereka yang tidak dapat
melanjutkan pendidikan ke pendidikan maupun ke strata yang lebih tinggi secara
tatap muka, tanpa batasan usia, tempat tinggal, serta tahun kelulusan.
1. Tawaran Program studi beragam
UT memiliki
empat fakultas, yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP), Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Fakultas Ekonomi (FEKON), dan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dengan beberapa jenjang pendidikan, yaitu
: Program Sarjana (S2), Program Sarjana (S1), Program Diploma II,III dan IV dan Program Sertifikat.
2.
Sistem pembelajaran
UT
menerapkan sistem belajar jarak jauh dan terbuka. Istilah jarak
jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan
menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video,
komputer/internet, siaran radio dan televisi). Makna terbuka adalah
tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa belajar, waktu registrasi, dan
frekuensi mengikuti ujian. Batasan yang ada hanyalah bahwa setiap mahasiswa UT
harus sudah menamatkan jenjang pendidikan menengah atas (SMA atau yang sederajat).
3.
Cara belajar
Mahasiswa
UT diharapkan dapat belajar secara mandiri. Cara belajar mandiri
menghendaki mahasiswa untuk belajar atas prakarsa atau inisiatif sendiri.
Belajar mandiri dapat dilakukan secara sendiri ataupun berkelompok, baik dalam
kelompok belajar maupun dalam kelompok tutorial. UT menyediakan bahan ajar yang
dibuat khusus untuk dapat dipelajari secara mandiri. Selain menggunakan bahan
ajar yang disediakan oleh UT, mahasiswa juga dapat mengambil inisiatif untuk
memanfaatkan perpustakaan, mengikuti tutorial baik secara tatap muka maupun
melalui internet, radio, dan televisi, serta menggunakan sumber belajar lain
seperti bahan ajar berbantuan komputer dan program audio/video. Apabila
mengalami kesulitan belajar, mahasiswa dapat meminta informasi tentang bantuan
belajar kepada Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT)
setempat.
4.
Jaringan Kemitraan
Dalam
penyelenggaraan pendidikan, UT bekerja sama dengan semua perguruan tinggi
negeri dan sejumlah perguruan tinggi swasta serta instansi yang relevan yang
ada di Indonesia. Untuk memberikan layanan pendidikan secara optimal kepada
mahasiswa yang tersebar di seluruh
penjuru tanah air dan di luar negeri, UT bekerja sama dengan instansi lain
seperti Bank BRI, Bank BTN, Bank Mandiri, TV-Edukasi, Radio Republik Indonesia
(RRI), Radio Siaran Pemerintah Daerah, Radio Siaran Swasta Niaga, Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota, IGTKI
(Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia), Atase Pendidikan KBRI,
Perpustakaan Nasional RI dan Perpustakaan Daerah, Arsip Nasional, Koperasi
Karunika, dan PT Pos Indonesia.
Tutorial
Tutorial
adalah layanan bantuan belajar bagi mahasiswa UT. Dalam tutorial, kegiatan
belajar dilakukan di bawah bimbingan tutor sebagai fasilitator. Tutorial
membahas dan mendiskusikan hal-hal yang dianggap sulit dan sangat penting
dikuasai mahasiswa.Tutorial meliputi tutorial tatap muka (TTM) dan
tutorial online
(Tuton).
5. Praktek dan praktikum
Beberapa
mata kuliah yang ditawarkan mewajibkan praktek atau praktikum. Praktek adalah
kegiatan yang menuntut mahasiswa untuk menerapkan konsep, prinsip, prosedur,
dan keterampilan dalam situasi nyata atau buatan secara terprogram dan
terbimbing atau mandiri. Praktikum adalah kegiatan yang menuntut mahasiswa
untuk melakukan pengamatan, percobaan, atau pengujian suatu konsep atau prinsip
materi mata kuliah yang dilakukan di dalam atau di luar laboratorium. Kegiatan praktek atau praktikum dilaksanakan di bawah
bimbingan instruktur/supervisor/pembimbing. Pelaksanaan praktek dan praktikum
harus dilakukan mahasiswa secara berkelompok dengan menggunakan fasilitas kit, dry lab pada http://student.ut.ac.id/
atau laboratorium mitra. Dalam melaksanakan kegiatan praktek dan praktikum
mahasiswa harus berkoordinasi dengan UPBJJ.
6. Evaluasi hasil belajar
Hasil
belajar mahasiswa UT diukur melalui pengerjaan tugas dan partisipasi dalam
kegiatan TTM atau Tuton, Praktek atau Praktikum, Ujian Akhir Semester (UAS),
dan Tugas Akhir Program (TAP), serta Karya Ilmiah. Sebagai latihan untuk
persiapan UAS, mahasiswa dapat mengakses latihan mandiri (LM) secara online melalui http://student.ut.ac.id/repository. LM
tidak memberikan kontribusi terhadap nilai akhir mata kuliah.
7.
Ijazah dan transkrip nilai
Ijazah
merupakan tanda bukti sah bagi mahasiswa yang telah dinyatakan lulus dari suatu
Program Studi dalam jenjang pendidikan tinggi tertentu, sedangkan sertifikat
merupakan tanda bukti bahwa yang bersangkutan telah menyelesaikan suatu
pendidikan kemahiran tertentu. Transkrip nilai adalah daftar nilai dan IPK
terakhir yang sah. Mahasiswa berhak memperoleh ijazah/sertifikat dan transkrip
nilai setelah SK Dekan atau SK Direktur Pascasarjana tentang Penetapan
Kelulusan dan SK Rektor tentang Pengukuhan Kelulusan diterbitkan.
8.
Cuti akademik
Cuti
akademik merupakan salah satu kemudahan yang diberikan kepada mahasiswa karena
suatu alasan tidak dapat mengikuti perkuliahan atau proses belajar. Mahasiswa
yang mengambil cuti akademik empat masa registrasi berturut-turut, status data
kemahasiswaannya akan berubah menjadi mahasiswa
non aktif. Konsekuensi sebagai mahasiswa non aktif adalah mahasiswa yang
bersangkutan tidak mendapatkan layanan akademik seperti mahasiswa aktif.
9.
Alih kredit
Alih
kredit merupakan pengakuan terhadap pengalaman belajar dan kelulusan mata
kuliah yang telah diperoleh mahasiswa dari suatu perguruan tinggi.
10. Masa studi
Masa
studi atau lama belajar di UT bergantung pada kemampuan belajar dan waktu
belajar masing-masing mahasiswa. Sebagai contoh, untuk dapat menyelesaikan
program studi S1 Administrasi Negara, mahasiswa harus menempuh sejumlah mata
kuliah yang telah ditentukan dengan beban studi keseluruhan 144 sks. Bila
setiap masa registrasi mahasiswa mampu menempuh dan lulus 18 sks, maka yang
bersangkutan dapat menyelesaikan studi dalam waktu 8 masa registrasi atau
sekitar 4 tahun.
11.
Pelayanan mahasiswa
Pelayanan
mahasiswa diberikan dalam bentuk layanan informasi, bantuan belajar, bimbingan
akademik, administrasi akademik, keluhan pelanggan, dan perpustakaan. Layanan
ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa mengatasi masalah akademik dan
administrasi akademik yang dihadapi selama belajar di UT.
12. Layanan bantuan belajar
Layanan
bantuan belajar meliputi penyediaan bahan ajar suplemen dan tutorial. Bahan
ajar suplemen adalah bahan ajar tambahan yang bertujuan antara lain untuk
memperjelas materi dari modul yang sulit dipahami, memperbaiki materi yang
telah kadaluwarsa dari bahan ajar cetak yang belum direvisi dan memperkaya
sumber bacaan. Bahan ajar suplemen dapat diakses melalui http://www.ut.ac.id/ menu UT open courseware.
Pembahasan tentang tutorial dapat dilihat pada BAB IV Tutorial.
13. Kegiatan kemahasiswaan
Kegiatan
kemahasiswaan berfungsi untuk melengkapi kegiatan akademik dalam mencapai
tujuan Pendidikan Nasional. Ruang lingkup kegiatan ini antara lain meliputi
bidang penalaran dan keilmuan, minat, bakat, dan kegemaran, serta pengabdian
kepada masyarakat, baik yang dilaksanakan di UT Pusat maupun di UPBJJ-UT.
STRATEGI ATAU CARA
PENDEKATAN.
Dari studi kelayakan, dapat disimpulkan bahwa peluang aparatur
birokrasi sangat berpotensi untuk
mengikuti pendidikan di UT. Aspek materi yang
mendukung ditinjau dari masa kerja, golongan kepegawaian, usia responden, latar
belakang pendidikan akhir, minat. Sistem pendidikan dilakukan dengan sistem
pendidikan jarak jauh sesuai dengan potensi dan keberadaan pasar. Program Sertifikat dan
Diploma/Sarjana tidak melakukan tes seleksi bagi calon peserta. Asumsi yang digunakan adalah bahwa program
pendidikan di UT dengan Sistem Pendidikan
Jarak Jauh (SPJJ) menuntut kemandirian peserta. Layanan bantuan belajar
dikembangkan dalam bentuk tutorial baik tatap muka maupun on-line, pembimbingan
akademik dan program elektronik lain yang mendukung. Peserta dikenalkan dengan
layanan bantuan belajar, jenis dan manfaatnya pada awal program melalui
kegiatan pengenalan program.
Rentang usia diantara peserta di satu sisi mempunyai
akibat positif dalam hal melatih peserta bersosialisasi, berinteraksi,
berkomunikasi, dan berorganisasi dengan orang pada jenjang usia yang berbeda.
Disamping itu, perbedaan usia juga menyebabkan perbedaan cara pemahaman materi.
Dengan mengetahui dan membandingkan beberapa pendekatan yang digunakan, dengan
memperkaya alternatif pendekatan diantara peserta. Di sisi lain, adanya rentang usia ini mengakibatkan
daya tangkap peserta terhadap materi juga berbeda. Untuk itu, Program telah mengantisipasi hal tersebut
dengan mengembangkan multi media sebagai alternatif pendukung yang digunakan
untuk menyampaikan materi. Multi media tersebut adalah :
a. Tercetak, dikembangkan untuk peserta yang efektif
menggunakan cara belajar dengan membaca,
b. Audio BMP, dikembangkan untuk peserta yang lebih mudah
memahami materi melalui pendengaran,
c. Audio Video, dikembangkan untuk peserta yang lebih mudah
memahami materi secara visual,
d. Audiografis, dikembangkan untuk peserta yang lebih menguasai
materi dengan mendengar sambil membaca,
e. Computer Assisted
Instructional (CAI), dikembangkan untuk
peserta yang membutuhkan interaksi langsung dengan materi.
Program
pendidikan di UT menyaratkan adanya interaksi,
dan eksplorasi bagi peserta
sehingga ilmu yang diberikan dapat diterima dengan optimal. Menyadari hal ini,
maka program melakukan upaya yang komprehensif dan terpadu, melalui:
a. Tutorial
Tatap Muka (TTM);
b. Tutorial
online (Tuton);
c. Bimbingan
Akademik;
d. Latihan
Mandiri;
e. Kit
Tutorial;
f. Sky
LBS-TV
g. Materi
Pengayaan Mata Kuliah;
h. Ujian
online;
i. Registrasi
online;
j. Toko
Buku Online;
k. Fasilitas
pendukung lainnya.
PENUTUP
Untuk mendukung
aparatur birokrasi yang lebih berdaya, perlu dilakukan upaya peningkatan
kompetensi. Dengan demikian pengetahuan teoritik sangat penting, yang dengan
pengetahuan itu kemampuan penalaran seseorang dianggap berkembang sedemikian
rupa, sehingga kemampuan intelektual tersebut dapat dicurahkan dengan jelas,
karena itu profesionalisme dibutuhkan dalam kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang mampu memadukan
teori dengan prakteknya.Tugas
pokok dan fungsi aparatur birokrasi yang bekerja di tingkat kabupaten dan kota
sejalan dengan salah satu tujuan pembelajaran di UT yaitu memberikan layanan
pendidikan tinggi bagi mereka, yang karena bekerja atau karena alasan lain,
tidak dapat melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi tatap muka. UT memberikan kesempatan yang sangat luas kepada semua lapisan masyarakat
termasuk para lulusan setingkat SMU atau yang sederajat, mereka yang berhenti
mengikuti pendidikan di tengah jalan, baik pada jenjang Diploma maupun Strata
atau mereka yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke pendidikan maupun ke
strata yang lebih tinggi secara tatap muka, tanpa batasan usia, tempat tinggal,
serta tahun kelulusan.
DAFTAR PUSTAKA
Albrow,Martin.2005. Birokrasi.
Alih Bahasa Rusli Karim dan Totok Daryanto. Yogyakarta: PT Tirta Wacana.
Cetakan III.
Ibrahim,Amin.2006, Teori dan Konsep Pelayanan Publik Serta
Implementasinya, Bandung :
Unpad.
Burn, JP.
1994. Assian Civil Service System:
Improving Efficiency and Productivity. Times Academic Press. Singapore.
Gartson,
David and Debra Steward. 1983 Organization
Behaviour and Public Management. Marcell Dekker Inc.New York.
Gibson,
L. James., John. M. Ivancevich, & James H. .Jr. Donnely. 1986. Organisasi-Perilaku, Struktur, Proses.
Terjemahan Jorban Wahid. Jakarta: Erlangga.
Harmon,
Michael and Richard T,Mayer. 1986. Organization
Theory for Public Administration. Little Brown and Co. Toronto.
Mulyasa,E.
2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Pucik,
Vladimir,et al.1993. Globalizing
Management 4: Creating and Leading
Competitive Organization, John Willey and Sons,Singapore.
Robbins,
Stephen P.2001.Organization Behavior, Concept,
Controversies, Aplications. New Jersey : Prentice Hall International. Inc.
9th Edition..
Siagian,
Sondang P. 1994. Patologi
Birokrasi-Analisis, Identifikasi dan terapannya, Jakarta : Ghalia
Indonesia.
________________
1995. Organisasi, Kepemimpinan dan
Perilaku Administrasi. Jakarta : Gunung Agung.
________________.2000.
Teori Pengembangan Organisasi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sofo.
Francesco, (1999). Human Resource
Development, Perspective, Roles and
Practice Choice. Business and
Professional Publishing, Warriewood, NWS
Spenser,
Lyle M.JR. & Signe M. Spenser.1993. Competence
at Work. Models for Superrior Performance. John Willey & Sons Inc.
Suradinata,
Ermaya. 1996. Manajemen SDM Orientasi
Masa Depan. Bandung : Ramadhan.
Staw,
Barry M.1989. Psychological Dimensions of
Organizational Behaviour. Maxwell Mac Millan. New York.
Toha,
Miftah. 1988. Pembinaan Organisasi :
Proses Diagnosa dan Intervensi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
___________.
2002. Perpektif Perilaku Birokrasi.
Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta : PT Radja Grafindo
Persada.
___________.
2003. Perilaku organisasi. Konsep dasar
dan Aplikasinya. .Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Undang-Undang
Nomor. 32 Tahun 2004, Tentang
Pemerintahan Daerah.
Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2007,Tentang
Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan.
Miftah
Thoha, Birokrasi dan Politik di Indonesia,
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2003.
Mustopadidjaja
AR, Administrasi Negara, Demokrasi dan
Masyarakat Madani, Jakarta : LAN, 1999.
Sedarmayanti,
Good Governance, Kepemerintahan yang Baik
dalam rangka otonomi Daerah, Bandung : Mandar Maju, 2003.
Turner,
Mark and Hulme, David, Governance, 1997, Administration
and Development Making The State Work, Macmillan Press LTD, London.
Mark Turner dan David Hulme, 1997, Governance, Administration, and Development,
Kumarian, Connecticut USA
Warsito
& Teguh Yuwono, ed. , Otonomi Daerah,
Capacity Building dan Penguatan Demokrasi Lokal, Semarang : Puskodak, 2003.
Yunan
Syaifullah,dkk, Membangun Masyarakat
Madani, Yogyakarta: Aditya Media, 1999.
Yuwono,
Teguh (ed), 1997, Manajemen Otonomi
Daerah Membangun Daerah Berdasar Paradigma Baru, CLOGAPPS Diponegoro
University, Semarang.
SMERU Research Institute (SMERU). Juni
2002. “Dampak Desentralisasi dan Otonomi Daerah Atas Kinerja Pelayanan Publik:
Kasus Kabupaten LombokBarat, Nusa Tenggara Barat.” Jakarta.
____. 2002. “Dampak Desentralisasi dan
Otonomi Daerah Atas Kinerja Pelayanan
Publik: Kasus Kota Bandar Lampung,
Lampung.” Jakarta (dalam proses penulisan).
____.
January 2002. “Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Kasus
Kabupaten
Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.” Jakarta.Lembaga Penelitian SMERU, Agustus
2002
John M. Bryson, 1991, Strategis Planning for Public and Non Profit
Organizations, Jossey-Bass, San Fransico-Oxford.
SELAMAT DATANG DI LOANME Tujuan kami adalah menyediakan layanan keuangan profesional yang sangat baik.
BalasHapusApakah Anda seorang pengusaha atau wanita? Apakah Anda mengalami kesulitan keuangan? Apakah Anda membutuhkan pinjaman untuk memulai bisnis kecil dan menengah yang bagus? Apakah Anda memiliki skor kredit yang rendah dan Anda merasa kesulitan untuk mendapatkan pinjaman modal dari bank lokal dan lembaga keuangan lainnya? Apakah Anda perlu uang untuk berinvestasi di bidang spesialisasi tertentu? Apakah Anda memiliki proyek yang belum selesai di ujung jari Anda karena pendanaan yang tidak memadai? Ini adalah kesempatan untuk mendapatkan pinjaman Anda hari ini untuk menyelesaikan semua masalah keuangan Anda.
kredit kami dijamin untuk keamanan maksimum adalah prioritas kami, tujuan utama kami adalah untuk membantu Anda mendapatkan layanan yang pantas mereka dapatkan, program kami adalah cara tercepat untuk mendapatkan apa yang Anda butuhkan dalam beberapa saat. Mengurangi pembayaran untuk mengurangi tekanan pada pengeluaran bulanan. Dapatkan fleksibilitas untuk digunakan untuk tujuan apa pun - dari liburan, pendidikan, hingga pembelian unik
Kami menawarkan berbagai layanan keuangan yang meliputi: Pinjaman Pribadi, Pinjaman Konsolidasi Utang, Pinjaman Bisnis, Pinjaman Pendidikan, Pinjaman Dijamin Pinjaman, Jaminan Pinjaman, Hipotek Pinjaman, Pinjaman Hari Gajian, Pinjaman Siswa, Pinjaman Komersial, Pinjaman Kredit Otomatis, Investasi Pinjaman , Pinjaman untuk Pengembangan, Pinjaman Pembelian, Pinjaman Konstruksi, Tingkat Bunga Rendah Dari 2% pada Pembatalan untuk Individu, Perusahaan dan Badan. Dapatkan yang terbaik untuk keluarga Anda dan rumah impian Anda serta skema pinjaman umum kami.
Kami menawarkan semua jenis pinjaman - mengajukan pinjaman murah.
Silakan hubungi kami untuk informasi lebih lanjut:
(ivanapedro85@gmail.com)
Silakan tulis kembali dengan informasi pinjaman;
INFORMASI PINJAMAN
DATA PEMOHON
1) Nama Lengkap:
2) Negara:
3) Alamat:
4) Status:
5) Jenis Kelamin:
6) Status Perkawinan:
7) Pekerjaan:
8) Nomor Telepon:
9) Posisi saat ini di tempat kerja:
10) Penghasilan Bulanan:
11) Jumlah Pinjaman yang Dibutuhkan:
12) Durasi Pinjaman:
13) Tujuan Pinjaman:
14) Agama:
15) Sudahkah Anda mendaftar sebelumnya:
16) Tanggal lahir:
Jika Anda tertarik untuk mendapatkan pinjaman, maka silakan hubungi kami dengan permintaan pinjaman Anda.
Silakan hubungi kami untuk informasi lebih lanjut:
ivanapedro85@gmail.com
Salam,
Nyonya Ivana Pedro
ivanapedro85@gmail.com
Kami berharap dapat mendengar dari Anda sesegera mungkin
Pelamar yang tertarik harus menghubungi kami melalui e-mail:
ivanapedro85@gmail.com